Cara Mencari Bilangan Prima
FAKTORISASI PRIMA (Tinjauan sebelum mempelajari Faktor Prima)
Sebelum mempelajari tentang faktor
prima maka terlebih dahulu akan dibahas apa itu bilangan Prima, sejarah
bilangan prima, bilangan prima semu dan manfat dari bilangan prima.
1. Pengertian Bilangan prima
Secara umum Bilangan prima sering
didefinisikan sebagai bilangan yang memiliki 2 faktor atau dengan kata
lain bilangan yang hanya habis dibagi dengan 1 dan bilangan itu sendiri.
Dari dilihat perkembangannya, pengertian bilangan prima didefinisikan
sebagai bilangan bulat > 1 yang hanya habis dibagi dengan 1 dan
bilangan itu sendiri. Dari beberbagai usaha untuk mengkaji hubungan
antara bilangan prima, dikenal pula dengan istilah bilangan prima kembar
(twin primes), dimana ini merupakan pasangan bilangan prima yag
memenuhi n dan n + 2 untuk n adalah bilangan prima. Contoh : 3 dan 5, 11
dan 13, 29 dan 31, dll.
2. Sejarah dan perkembangan bilangan prima
Manusia telah mengenal bilangan prima
sejak 6500 SM. Manusia telah mengenal bilangan prima sejak 6500 SM.
Tulang Ishango yang ditemukan pada tahun 1960 (sekarang disimpan di
Musee d’Histoire Naturelle di Brussels) membuktikan hal tersebut. Tulang
Ishango memiliki 3 baris takik. Salah satu kolomnya memiliki 11, 13,
17, dan 19 takik, yang merupakan bilangan-bilangan prima antara 10
hingga 20. Meskipun sedikit sekali manfaat yang diketahui, namun di awal
masehi orang tetap mencari dan membuktikan bahwa suatu bilangan
merupakan bilangan prima.
Pada tahun 325 SM, Euclid membuktikan
bahwa bilangan prima memiliki jumlah yang tidak terbatas. Euclid juga
membuktikan teorema dasar aritmatika. Di dalam teori bilangan, teori
dasar arimatika menyatakan bahwa setiap bilangan bulat lebih dari satu
dapat dituliskan sebagai perkalian unik dari bilangan prima, misalnya
6936 = 23 x 31 x 172 ; 1200= 24 x 31 x 52
adalah dua contoh bilangan yang memenuhi teorema bahwa
bilangan-bilangan tersebut dapat dituliskan sebagai perkalian dari
bilangan prima.
Salah satu cara menemukan seluruh
bilangan prima yang kurang dari suatu bilangan bulat yang diberikan
adalah dengan menggunakan saringan Eratosthenes. Jika semua
bilangan asli lebih besar 1 ditempatkan pada suatu “saringan” maka
bilangan yang bukan bilangan prima diberi tanda silang (artinya jatuh
melalui lobang saringan). Bilangan-bilangan yang tersisa adalah
bilangan-bilangan prima. Dengan kata lain, misalkan kita mengambil
bilangan yang kurang dari 107 , maka hal yan harus dilakukan
adalah dengan mendaftar semua bilangan bulat antara 2 hingga n. Hapuslah
semua bilangan kelipatan bilangan prima yang lebih kecil atau sama
dengan , maka bilangan yang masih tersisa adalah bilangan prima.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah langkah-langkah saringan Eratosthenes
1) Pada tabel dibawah, kita beri tnada silang bilangan 1 karena 1 bukan bilangan prima.
2) Lingkari bilangan 2 karena 2 bilangan prima.
3) Silang bilangan-bilangan kelipatan 2 karena bilangan-bilangan itu bukan bilangan prima.
4) Lingkari bilangan 3 karena 3 bilangan prima.
5) Silang bilangan-bilangan kelipatan 2 karena bilangan-bilangan itu bukan bilangan prima.
6) Lingkari bilangan 5 dan 7 ; silang bilangan-bilangan kelipatannya.
Pada tabe tersebut, kita berhenti pada
langkah 6 karena 7 adalah bilangan prima terbesar yang kurang dari 100.
Semua bilangan tersisa yang didaftar dan tidak disilang adalah
bilangan-bilangan prima.
Tabel 1. Saringan Eratosthenes
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 |
31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 |
41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 |
51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 |
61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 |
71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 |
81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 |
91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 |
Pencarian dengan menggunakan saringan Eratosthenes
ini sangatlah mudah, cepat, dan sederhana. Akan tetapi untuk keperluan
enkripsi yang membutuhkan bilangan prima yang besar, metode ini belumlah
memadai.
Sebelum komputer ditemukan, perkembangan
penemuan bilagan prima masih lambat karena orang belum merasakan manfaat
dari bilangan prima. Berikut ini adalah tabel 2 daftar penemu bilangan
prima sebelum era komputer. Meskipun sederhana, tabel berikut menolong
ahli matematika lain untuk pertama kali menebak teorema bilangan prima
Tabel 2. Daftar penemu bilangan prima sebelum era komputer
Tahun
|
Penemu
|
Jumlah Digit
|
1588
|
Cataldi
|
6
|
1772
|
Euler
|
10
|
1883
|
Pervushin
|
19
|
1911
|
Powers
|
27
|
1914
|
Powers
|
33
|
Semua bilangan prima > 2 jelas
merupakan bilangan ganjil sehingga ppada jaman dahulu orang percaya
bahwa untuk suatu bilangan prima n, maka 2^n – 1 juga merupakan bilangan
prima. Namun pada tahun 1536, Regius membuktikan bahwa 2^11 – 1 = 2047
bukanlah bilangan prima karena 2047 = 23 x 89.
Mersene (1588 – 1648) menemukan bahwa
bilangan 2^n-1 merupakan bilangan prima hanya untuk n = 2, 3,5,7,13,
17, 19, 31, 67, 127, dan 257. Namun akhirnya terbukti bahwa apa yang
ditemukan Mersenne ini salah, tapi bentuk 2^n-1 (yang kemudian dikenal
dengan bilangan Mersenne) tetap menarik banyak perhatian. Pertanyaan
yang harus dijawab adalah : Pada kondisi apakah bilangan Mersenne Mn =
2^n-1 merupakan bilangan prima? Lukas menemukan syarat perlu dan
cukupnya pada tahun 1870 dan Lehmer mengujinya pada tahun 1930. Uji
Lucas – Lehmer : untuk bilangan ganjil n,bilangan Mersenne 2^n-1 adalah
bilangan prima jika dan hanya jika 2^n-1|s(n-1) dengan s(n+1) =
(s(n))^2 – 2 dan S(1) = 4.
Dengan bantuan komputer, pengujian
bilangan prima yang besar dengan uji Lucas-Lehner menjadi semakin nudah
sehingga bilangan-bilangan prima besar ditemukan seperti pada tabel 3
berikut
Tabel 3. Daftar penemu bilangan prima sesudah era komputer
Tahun
|
Penemu
|
n
|
Jumlah Digit dalam Mn
|
1952
|
Robinson
|
521
|
157
|
1952
|
Robinson
|
607
|
183
|
1952
|
Robinson
|
1279
|
386
|
1952
|
Robinson
|
2203
|
664
|
1952
|
Robinson
|
2281
|
687
|
1961
|
Hurwitz
|
4253
|
1281
|
1961
|
Hurwitz
|
4423
|
1332
|
1963
|
Gillies
|
9689
|
2917
|
1963
|
Gillies
|
9941
|
2993
|
1963
|
Gillies
|
11213
|
3376
|
1971
|
Tuckerman
|
19937
|
6002
|
1978
|
Noll & Nickel
|
21701
|
6533
|
1979
|
Noll
|
23209
|
6987
|
1979
|
Nelson &Slowinski
|
44497
|
13395
|
1982
|
Slowinski
|
132049
|
39751
|
1988
|
Colquitt & Welsh
|
110503
|
33265
|
1983
|
Slowinski
|
86243
|
25962
|
1985
|
Slowinski
|
216091
|
65050
|
1992
|
Slowinski & Gage
|
756839
|
227832
|
1994
|
Slowinski & Gage
|
859433
|
258716
|
1996
|
Slowinski & Gage
|
1257787
|
378632
|
1996
|
Armengaud, Woltman, et al
|
1398269
|
420921
|
1997
|
Spence, Woltman, et al
|
2976221
|
895932
|
1998
|
Clarkson, Woltman, Kurowski, et
|
6972593
|
2098960
|
3. Bilangan Prima Semu
Bilangan prima semu (pseudo prime) adalah
blangan yang “mendekati” prima. Bilangan semu ini didapatkan dari
teorema Little Fermat sebagai berikut :
Jika p adalah bilangan prima dan a adalah
sembarang bilangan bulat, maka a^p = a(mod p) Secara khusus, jika a
bukan faktor p, maka a^(p-1) = 1(mod p)
Teorema Litle Fermat ini memberikan
pengujian yang baik untuk menentukan ketidakprimaan yaitu dengan
memberikan bilangan bulan n > 1, maka dapat dipilih a > 1 kemudian
a^(p-1) = 1(mod p) hitung jika hasilnya bukan 1, maka n bukan bilangan
prima. Sebaliknya, jika hasilnya = 1, maka n “mungkin” bilangan prima
sehingga n disebut bilangan prima semu basis a.
Contohnya, untuk a = 2 dan n = 341, maka
2^(341-1)(mod 341) = (2^10)^34 (mod 341) = (2^10 mod 341)^34 = 1^34 mod
341 = 1 . Akan tetapi 341 bukan bilangan prima karena 341 = 11×31,
sehingga 341 adalah bilangan prima semu basis 2.
Dari sebuah bilangan yang kuran dari 25 x
10^9 terdapat lebih dari 10^9 buah bilangan prima, akan tetapu hanya
ada 21.853 buah bilangan prima semu basis 2. Hal ini berarti bahwa
presentase bilangan prima semu jauh lebih sedikit dari bilangan prima.
4. Manfaat Bilangan Prima
Dewasa ini bilangan prima menjadi amat
penting pada proses pengkodean dengan komputer. Salah satu tekniknya
yang dikenal dengan enkripsi. Enkripsi adalah suatu proses transformasi
data menggunakan perhitungan tertentu sehingga tidak dapat dibaca oleh
orang lain kecuali bagi mereka yang telah mengetahui cara perhitungan
tersebut. Aplikasi dari bilangan prima ini digunakan untuk kode-kode
rahasa pada kartu ATM suatu bank, brankas, dll.
5. Masalah menarik dalam bilangan prima
Ada beberapa masalah menarik yang
berkaitan dengan bilangan prima. Diantaranya yang dikemukakan Christian
Godlbach (1890 – 1764), dia mengatakan bahwa bilangan bulat genap yang
lebiih besar dari 2 merupakan jumlah dari dua bilangan prima. Hal ini
yang dikenal dengan nama conjecture Goldbach. Sebagai contoh 4 = 2 + 2, 6
= 3 + 3, 8 = 3 + 5, 10 = 3 + 7, 12 = 5 +7, dan 14 = 3 + 11.
Walaupun konjektur Goldbach bisa dianggap
benar, tetap saja tidak ada bukti yang bisa menyatakan kebenaran dari
konjektur tersebut. Karena itu banyak matematikawan yang berusaha untuk
membuktikan bahwa konjektur tersebut salah, dengan cara mencari bilangan
yang tidak memenuhi konjektur tersebut. Akan tetapi banyak pula
matematikawan yang berusaha untuk membuktikan bahwa konjektur tersebut
benar.
Seiring perkembangan teknologi komputer,
jumlah bilangan Goldbach pun meningkat secara pesat. Tercatat pada tahun
1998, batas bilangan Goldbach sudah mencapai 1018. Tentunya
ini merupakan sebuah angka yang luar biasa besar. Walaupun begitu, tetap
saja masih belum ditemukan sebuah bilangan pun yang tidak mengikuti
konjektur Goldbach.
Permasalahan lain yang ada dalam bilangan prima adalah sebagai berikut :
“Seorang wanita mengemukakan bahwa
jika ia mengambil telur dari keranjang itu 2, 3, 4, 5, atau 6 selalu ada
1 yang tersisa. Tetapi jika ia mengambil 7 telur maka tidak ada yang
tersisa. Jika keranjang itu dapat memuat sampai dengan 500 butir telur,
berapa butir telur yang ia punya?”
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
kita harus memahami bahwa Jika wanita itu mengambil telur dari dalam
keranjang 2, 3, 4, 5, atau 6 maka 1 tersisa. Maksudnya adalah bahwa jika
banyaknya telur dibagi oleh 2, 3, 4, 5, atau 6, sisanya 1. Kita juga
mengetahui bahwa jika ia mengambil 7 maka tidak ada sisa. Hal ini
berarti banyaknya telur adalah kelipatan 7. Akhirnya kita mengetahui
bahwa keranjang itu dapat memuat sampai 500 butir telur. Kita harus
menemukan banyaknya telur di dalam keranjang.
Suatu cara untuk menyelesaikan masalah
ini adalah mendaftar semua kelipatan 7 antara 7 dan 500 kemudian
memeriksa mana dari bilangan-bilangan itu yang mempunyai sisa 1 jika
dibagi oleh 2, 3, 4, 5, atau 6. Cara lain adalah kita menggunakan
“pendekatan sisa”. Misalkan banyaknya telur adalah n. Jika n dibagi oleh
2 sisanya adalah 1. Hal ini berakibat (n – 1) akan dapat dibagi oleh 2.
Begitu pula 3, 4, 5, dan 6 juga dapat dibagi oleh (n – 1).
Karena 2 dan 3 membagi n – 1, bilangan 2
dan 3 muncul di dalam faktorisasi prima dari (n – 1). Kita tahu bahwa
4|(n-1) mengakibatkan 2|(n-1). Sehingga dari informasi 4|(n-1) dan
2|(n-1), kita dapat simpulkan bahwa 2^2 muncul di dalam faktorisasi
prima (n – 1). Karena 5|(n-1), 5 muncul di dalam faktorisasi prima (n –
1). 6|(n-1) tidak menyediakan informasi baru karena 2 dan 3 adalah
faktor prima dari (n – 1) telah kita dapatkan. Sekarang, (n – 1) dapat
juga mempunyai faktor – faktor prima lain. Lambangkan hasil kali faktor –
faktor prima lain ini dengan k, kita mempunyai n – 1 = 2&2.3.5.k =
60k, di mana k adalah suatu bilangan asli, dan demikan n = 60k + 1.
Sekarang kita menemukan semua kemungkinan nilai untuk n di dalam bentuk
60k + 1 lebih kecil dari 500 dan menentukan bilangan yang mana yang
dapat dibagi oleh 7.
Karena n = 60k + 1 dan k adalah bilangan
asli sebarang, kita substitusikan k = 1, 2, 3, … ke dalam n = 60k + 1.
Dari substitusi itu itu kita perolweh nilai-nilai n yang lebih kecil
dari 500, yaitu 61, 121, 181, 241, 301, 361, 421, 481. Diantara
nilai-nilai ini, hanya 301 yang dapat dibagi oleh 7. Dengan demikian 301
adalah jawaban atas masalah di atas.
6. Faktorisasi Prima
Faktorisasi prima adalah suatu teknik
pembentuk bilangan menjadi bentuk perkalian dimana faktor-faktornya
merupakan bilangan prima. Untuk menentukan suatu faktorisasi prima dari
suatu bilangan yang diberikan, pertama-tama kita harus menuliskan
kembali bilangan itu sebagai bilangan – bilangan yang lebih kecil.
Kemudian, faktorkan kedua bilangan tersebut sampai seluruh
faktor-faktornya adalah bilangan prima. Perhatikan contoh berikut :
350 = 35 . 10 = 7 . 5 . 5. 2 = 7 . . 2
Prosedur menumukan faktorisasi prima dari suatu bilangan dapat juga menggunakan pohon faktor dan tabel.
Dari pencarian suatu faktorisasi prima dapat kita beberapa sifat khusus dari bilangan prima antara lain
1) Setiap bilangan komposit dapat ditulis sebagai suatu perkalian bilangan prima dalam satu danhanya satu cara.
Sifat 1 di atas dikenal pula sebagai
teorema dasar aritmatika. Teorema ini merupakan dasar (pendekatan
algoritmik) untuk menemukan faktorisasi prima dari suatu bilangan.
Sebagai contoh, Perhatikan bilangan 260. Kita mulai dari bilangan prima
terkecil, 2, dan kita periksa apakah 2 adalah pembagi itu, jika tidak
maka kita coba dengan bilangan prima yang lebih besar berikutnya dan
periksa keterbagiannya oleh bilangan prima ini. Sekali kita dapat
menemukan bilangan prima yang dapat membagi suatu bilangan bulat yang
diberikan, kita harus menemukan hasil bagi bilangan bulat yang diberikan
oleh suatu bilangan prima itu. Selanjutnya kita periksa apakah bilangat
prima itu dapat membagi bilangan yang merupakan hasil bagi itu. Jika
demikian, kita ulang proses itu; jika tidak kita coba dengan bilangan
prima yang lebih besar berikutnya, 3, dan periksa apa 3 membagi hasil
bagi itu. Kita tahu bahwa 260 dibagi oleh 2 hasilnya 130. Kita lanjutkan
prosedur ini, 130 dibagi oleh 2 hasilnya 65. Dengan bilangan prima
berikutnya yang lebih besar dari 2 yang dapat membagi 65, yaitu 5,
diperoleh 65 dibagi oleh 5 hasilnya 13..
Bilangan-bilangan prima di dalam
faktorisasi prima suatu bilangan disajikan dalam daftar dengan urutan
naik dari kiri ke kanan dan jika suatu bilangan prima muncul dalam suatu
hasil kali lebih dari satu kali maka digunakan notasi pangkat. Dengan
demikian, faktorisasi prima dari 260 ditulis sebagai 2^2 . 5 . 13.
Perhatikan bilangan 8. Bilangan 8
mempunyai pembagi 1, 2, 4, dan 8. Faktorisasi prima dari 8 adalah 23.
Pembagi-pembagi ini dapat ditulis dalam bentuk bilangan pangkat dari 2:
20, 21, 22, dan 23. Kita dapat menggeneralisasi untuk sebarang bilangan
prima p mempunyai pembagi-pembagi dalam bentuk bilangan berpangkat
sebagai berikut:
Pembagi-pembagi p^n adalah p^0, p^1, p^2, …, p^nSebagaimana kita lihat, ada n + 1 pembagi dari p^n
Untuk bilangan seperti 24 yang mempunyai
faktorisasi prima 2^3.3^1 , kita tahu bahwa 2^3 dan 3^1 adalah
pembagi-pembagi 24. Kita juga tahu bahwa 4 . 2 atau 8 adalah pembagi 24.
Proses penentuan banyaknya pembagi diatas dapat digeneralisasikann dalam sifat selanjutnya yakni :
Misalkan p adalah faktor prima terkecil dari bilangan n. Dengan menggunakan sifat 3, n/p adalah suatu faktor dari n, dan karena p adalah faktor terkecil dari n, kita peroleh p =< n/p. Jika p =< n/p maka p^2 =< n. Gagasan ini selanjutnya dirangkum menjadi sifat berikut ini.
Periksalah apakah 397 adalah bilangan prima atau komposit
Jawab :
1) Menggunakan Himounan Kelipatan Persekutuan
Contoh :
Kelipatan 12 = {21, 24, 36, 48, 60, 72, ….}
Kelipatan persekutuan dari 8 dan 12 = { 24, 48, …}
Jadi KPK dari 8 dan 12 adalah 24
Kelipatan 20 = {20, 40, 60, 80, 100,120, …}
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
Jadi KPK dari 15 dan 20 adalah 60
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
Jadi KPK dari 15 dan 20 adalah 60
2) Menggunakan Pohon Faktor
Untuk mencari KPK dengan menggunakan pohon faktor dibutuhkan langkah-langkah berikut :
Untuk mencari KPK dari beberapa bilangan dengan menggunakan tabel pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel untuk mencari faktoriasi prima dari bilangan yang akan cari KPK-nya, kemudian kalikan semua faktor primanya.
8. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Contoh :
Faktor 24 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Faktor persekutuan dari 18 dan 24 = { 1, 2, 3, 6}
Jadi FPB dari 18 dan 24 adalah 6
Faktor 120 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 15, 20, 24, 30, 40, 60, 120}
Faktor persekutuan dari 75 dan 120 = {1, 3, 4, 15}
Jadi FPB dari 75 dan 120 adalah 15
Faktor 48 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16,24, 48}
Faktor 72 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12, 18, 24, 36, 72}
Faktor persekutuan dari 36 dan 48 = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Jadi FPB dari 36, 48, dan 72 adalah 12
2) Menggunakan Pohon Faktor
Ikutilah langkah-langkah berikut untuk mencari FPB dari beberapa bilangan :
Sumber :
2) Jika faktorisasi prima suatu bilangan n adalah n = p1^q1 . p2^q2 . p3^q3 … pm^qm, maka banyaknya pembagi n adalah (q1 + 1) (q2 + 2) (q3 + 1) … (qm + 1)
Contoh 1 :- Tentukan semua pembagi dari 912
- Tentukan semua pembagi dari 324
- Faktorisasi prima dari 912 adalah 2^4. 3 . 19. Ada 5 . 2 . 2 atau 20 pembagi. Pembagi – pembagi 2^4 adalah 1, 2, 4, 8, dan 16. Pembagi-pembagi 3 adalah 1 dan 3. Pembagi-pembagi 19 adalah 1 dan 19. Dengan demikian, pembagi-pembagi 912 adalah 1, 2, 4, 8, 16, 3, 6, 12, 24, 48, 19, 38, 76, 152, 304, 57, 114, 228, 456, dan 912.
- Faktorisasi prima dari 324 adalah 2^2 . 3^4; dan ada 15 pembagi. Pembagi-pembagi 2^2 adalah 1, 2, dan 4. Pembagi-pembagi 3^4 adalah 1, 3, 9, 27, dan 81. Dengan demikian, pembagi-pembagi 324 adalah 1, 2, 4, 3, 6, 12, 9, 18, 36, 27, 54, 108, 81, 162, dan 324.
Dalam menentukan faktorisasi dari suatu
bilangan seperti 8127, amati bahwa 9 membagi 8127, atau 8127 = 9k, di
mana k adalah suatu bilangan bulat. Karena 8127 = 9k, k adalah suatu
faktor dari 8127 dak k = 8127 / 9. Masalah ini secara umum dituangkan
dalam sifat berikut ini
3) Misalkan d 0 dan n 0. Jika d adalah faktor dari n maka n/d adalah faktor dari n.Misalkan p adalah faktor prima terkecil dari bilangan n. Dengan menggunakan sifat 3, n/p adalah suatu faktor dari n, dan karena p adalah faktor terkecil dari n, kita peroleh p =< n/p. Jika p =< n/p maka p^2 =< n. Gagasan ini selanjutnya dirangkum menjadi sifat berikut ini.
4) Jika n adalah suatu bilangan komposit maka n mempunyai suatu faktor prima p sedemikian sehingga p^2 =< n.
Sifat 4 ini dapat digunakan untuk
membantu menentukan apakah suatu bilangan yang diberikan itu termasuk
bilangan prima atau bilangan komposit. Sebagai contoh, perhatikan
bilangan 109. Jika 109 adalah bilangan komposit maka 109 harus mempunyai
suatu faktor prima p sedemikian sehingga p^2 =< 109.
Bilangan-bilangan prima yang dikuadratkan tidak melewati 109 adalah 2,
3, 5, dan 7. Kita tahu bahwa 2, 3, 5, dan 7 masing-masing bukan
merupakan faktor dari 109. Dengan demikian 109 adalah bilangan prima.
Argumen ini membawa kia pada sifat berikut.
5) Jika n adalah suatu bilangan
bulat lebih besar dari 1 dan tidak dapat dibagi oleh sebarang bilangan
prima p maka n adalah bilangan prima.
Contoh :Periksalah apakah 397 adalah bilangan prima atau komposit
Jawab :
Bilangan-bilangan prima p yang
mengakibatkan p^2 =< 397 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, dan 19.
Karena adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, dan 19 masing-masing bukan
merupakan faktor dari 397 (silahkan periksa !), disimpulkan bahwa 397
adalah bilangan prima.
7. Kelipapatan Persekutuan Terkecil (KPK)
KPK merupakan kelipatan paling kecil dari gabungan beberapa bilangan. Ada beberapa cara mencari KPK antara lain :1) Menggunakan Himounan Kelipatan Persekutuan
Contoh :
- Tentukan KPK dari bilangan 8 dan 12
Kelipatan 12 = {21, 24, 36, 48, 60, 72, ….}
Kelipatan persekutuan dari 8 dan 12 = { 24, 48, …}
Jadi KPK dari 8 dan 12 adalah 24
- Tentukan KPK dari 15 dan 20
Kelipatan 20 = {20, 40, 60, 80, 100,120, …}
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
Jadi KPK dari 15 dan 20 adalah 60
- Tentukan Kelipatan 15 = {15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, …}
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
Jadi KPK dari 15 dan 20 adalah 60
2) Menggunakan Pohon Faktor
Untuk mencari KPK dengan menggunakan pohon faktor dibutuhkan langkah-langkah berikut :
- Buatlah pohon faktor dari kedua bilangan yang dicari KPK-nya.
- Tulis faktorisasi primanya.
- Kalikan semua faktorisasi prima
- Jika satu bilangan terdapat di lebih dari satu pohon, ambillah bilangan dengan pangkat yang tertinggi.
Untuk mencari KPK dari beberapa bilangan dengan menggunakan tabel pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel untuk mencari faktoriasi prima dari bilangan yang akan cari KPK-nya, kemudian kalikan semua faktor primanya.
8. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
FPB merupakan faktor paling besar dari
gabungan beberapa bilangan. Dalam mencari FPB dari beberapa bilangan ada
beberapa cara antara lain
1) Menggunakan Himpunan Faktor PesekutuanContoh :
- Tentukan FPB dari bilangan 18 dan 24
Faktor 24 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Faktor persekutuan dari 18 dan 24 = { 1, 2, 3, 6}
Jadi FPB dari 18 dan 24 adalah 6
- Tentukan FPB dari bilangan 75 dan 120
Faktor 120 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 15, 20, 24, 30, 40, 60, 120}
Faktor persekutuan dari 75 dan 120 = {1, 3, 4, 15}
Jadi FPB dari 75 dan 120 adalah 15
- Tentukan FPB dari bilangan 36, 48 dan 72
Faktor 48 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16,24, 48}
Faktor 72 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12, 18, 24, 36, 72}
Faktor persekutuan dari 36 dan 48 = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Jadi FPB dari 36, 48, dan 72 adalah 12
2) Menggunakan Pohon Faktor
Ikutilah langkah-langkah berikut untuk mencari FPB dari beberapa bilangan :
- Buatlah pohon faktor dari kedua bilangan yang dicari FPB-nya.
- Tulis faktorisasi primanya.
- Pilihlah bilangan pokok yang sama pada kedua faktorisasi prima.
- Jika bilangan tersebut memiliki pangkat yang berbeda, ambillah bilangan prima dengan pangkat yang terendah.
Untuk mecari FPB dari beberapa bilangan
dengan menggunakan tabel, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
membuat tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang dicari
FPB-nya. Kemudian berilah tanda faktor prima yang sama.
Sumber :
Anglin, W.S. (1994). Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer-Verlag, New York.
Chris, C. K.(2003). The Largest Known Prime by Year A Brief History.http://www.utm.edu/research/primes/largest.html. Akses, 25 november 2012.
Canjorin, F. (1924). A History of Elementary Mathematics with Hints on Methods of Teaching. London: The Macmillan Company.
Evans, P.J. (1970). Mathematics Creation and Study of Form California:Addison Wesley.
Eves, H.(1964).An Introduction to the History of Mathematics. New York: Holt, Rinehart and winston.
Naga, S.D.(1980). Berhitung Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: PT Gramedia
O’Connor, J.J. and Robertson, E.F.(2001).Prime Number. http://www-history.mcs.st-andrew.ac.uk/ history/Hist Topis/prime_numbers.html. Akses, 25 September 2003.
Sitorus, J.(1990). Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran Matematika di Sekolah. Bandung: Tarsito
Victor, K. J. (1998).A History of Mathematics an Introduction.California: Addison Wesley.
No comments: